Nama:
Herdyah Mayandini Giatayu
NPM:
13210250
Kelas:
3 EA 14
PERILAKU KONSUMEN
CONSUMER INNOVATINESS
Para
pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari perilaku dari para consumer
innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang pertama untuk mencoba hal-hal
baru baik barang, jaa maupun kegiatan-kegiatan baru. Tanggapan dari para
innovator ini seringkali merupakan gambaran mengenai akan sukses atau tidaknya
suatu produk dipasaran.
CONTOH: Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan studi kasus, pada
industri pengolahan rotan PT. Fairco Agung Kencana pada bulan Januari sampai
dengan Maret 2004. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Teknik pengambilan contoh (responden) dilakukan secara sengaja (purposive).
Data hasil penilaian responden terhadap indikator komponen teknologi dan
indikator kemampuan teknologi diolah dengan analisis Gap, dengan melihat
perbedaan nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan perusahaan dari kedua
indikator tersebut. Sedangkan dalam menentukan alternatif strategi yang
dilakukan di hitung dengan menggunakan PHA
( Proses Hirarki Analitik).
Berdasarkan hasil penelitian,
tingkat kecanggihan perangkat komponen teknologi sudah sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan, Pada pengkajian komponen technoware, yang harus
diperhatikan adalah pada tahapan QC amplas, sedangkan pada komponen Humanware
yang lebih diperhatikan adalah manajer dan maintenance karena pada pada level
tersebut bertugas sebagai penunjuk pelaksana di lapangan. Pada komponen
Inforware yang lebih diperhatikan adalah tingkat pembelian dan peningkatan
informasi, sedangkan komponen Orgaware gap terbesar terdapat pada divisi litbang
dan pada struktur organisasinya. Sedangkan kemampuan teknologi, yang harus
diperhatikan pada kemampuan Operatif, Akuisitif, dan Inovatif, gap yang
diperoleh sebesar -1.
COMPULSIVE CONSUMPTION CONSUMER
Ketika kita
menggunakan istilah "konsumsi kompulsif," kita berbicara tentang jenis
perilaku konsumen yang tidak pantas, biasanya berlebihan, dan
jelas mengganggu kehidupan individu yang muncul impulsif didorong untuk
mengkonsumsi. Orang yang membeli sweater identik beberapa warna berbeda karena ia
hanya "harus" atau karena. "Saya merasa baik di dalamnya," meskipun
ia tahu ia tidak mampu membayar untuk itu, adalah contoh klasik. Meskipun konsekuensi
mungkin memiliki efek yang parah pada kehidupan sehari-hari, konsumen kompulsif
membeli pula. Akibatnya, aktivitas normal seperti membuka surat atau menjawab telepon
mengambil makna baru. Bagi pembeli kompulsif banyak ada ketakutan konstan dihadapkan
oleh tagihan lain yang besar, atau kreditur marah. Banyak mencoba untuk
menyembunyikan kedua tagihan dan barang yang dibeli karena takut ditemukan. Dalam
beberapa kasus, orang bahkan terlibat dalam kegiatan kriminal dalam rangka untuk
membayar tagihan mereka dan mempertahankan garis mereka kredit.
Perilaku dari konsumen kompulsif tampaknya
cukup mirip dengan manifestasi umumdari perilaku adiktif. Namun, definisi istilah
"kecanduan," adalah titik diperdebatkan di kalangan dokter. Bagi
beberapa orang, kecanduan mungkin hanya mengacu pada substansi, dan membutuhkan
kehadiran habituasi fisiologis dan sindrom pantang. Karena kontroversi ini, kami
telah memilih untuk menggunakan konsumsi jangka kompulsif daripada adiktif.
Contoh : seorang anak
belasan tahun dapat memandang dirinya sebagai ”lebih didambakan, lebih modern,
dan lebih sukses” karena ia memiliki ”sepasang sepatu karet model tahun
terakhir” yang diburu banyak emosi manusia dapat dihubungkan dengan kepemilikan
yang berharga sehingga kepimilikan tersebut dapat dianggap sebagai perluasan
diri.
CONSUMER ETHNOCENTRISM
is derived from the more general psychological
concept of ethnocentrism
Basically, ethnocentric individuals tend to view their group as superior to others. As such, they view other groups from the perspective of their own, and reject those that are different and accept those that are similar (Netemeyer et al., 1991; Shimp & Sharma, 1987). This, in turn, derives from earlier sociological theories of in-groups and out-groups (Shimp & Sharma, 1987). Ethnocentrism, it is consistently found, is normal for an in-group to an out-group (Jones, 1997; Ryan & Bogart, 1997).
Consumer ethnocentrism specifically refers to ethnocentric views held by consumer in one country, the in-group, towards products from another country, the out-group (Shimp & Sharma, 1987). Consumers may believe that it is not appropriate, and possibly even immoral, to buy products from other countries.
Purchasing foreign products may be viewed as improper because it costs domestic jobs and hurts the economy. The purchase of foreign products may even be seen as simply unpatriotic (Klein, 2002; Netemeyer et al., 1991; Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).
Example for consumer ethnocentrism
Basically, ethnocentric individuals tend to view their group as superior to others. As such, they view other groups from the perspective of their own, and reject those that are different and accept those that are similar (Netemeyer et al., 1991; Shimp & Sharma, 1987). This, in turn, derives from earlier sociological theories of in-groups and out-groups (Shimp & Sharma, 1987). Ethnocentrism, it is consistently found, is normal for an in-group to an out-group (Jones, 1997; Ryan & Bogart, 1997).
Consumer ethnocentrism specifically refers to ethnocentric views held by consumer in one country, the in-group, towards products from another country, the out-group (Shimp & Sharma, 1987). Consumers may believe that it is not appropriate, and possibly even immoral, to buy products from other countries.
Purchasing foreign products may be viewed as improper because it costs domestic jobs and hurts the economy. The purchase of foreign products may even be seen as simply unpatriotic (Klein, 2002; Netemeyer et al., 1991; Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).
Example for consumer ethnocentrism
For example, according to Burton (2002) and Quellet (2007),
consumers are concerned with their cultural, national and ethnic identities
increasingly in more interconnected world. Some consumer researches determined
that people make their purchasing decisions on information cues. Information
cues can be intrinsic (e.g., product design) and extrinsic (e.g.,brand name,
price)(Olson, 1977; Jacoby ,1972). But extrinsic cues are likely to be used in
the absence of intrinsic cues or when their assessment is not possible(Jacoby,
Olson and Haddock, 1971 ; Olson, 1977; Jacoby, 1972 ; Jacoby, Szybillo and
Busato-Schach, 1977 ; Gerstner, 1985).
Also, according to some researches, it was thought that
there is a relationship between attitudes toward foreign retailers’ products
and some demographics characteristics such as gender, education, income and
age.
When doing this research, it was aimed at determining
consumer attitudes towards foreign retailers’ products. The research starts
with a literature review which includes international retailing in Turkey,
attitudes towards purchasing foreign retailers’ products (general review),
effects of age and education level on attitudes, influence of consumer
ethnocentrism on attitudes towards foreign retailers’ products respectively.
Secondly, methodology part that has explanations about how this research was
conducted, was presented. Then, findings which derived from questionnaire
results and its SPSS analyses, are presented. At the last stage of the
research, discussion, limitations and future researches are discussed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar